Tak seorang pun yang menyangka, seorang bekas penjual garam di Afrika Selatan, berubah menjadi seorang da'i besar dunia. Namanya melanglang buana setelah terjadi perdebatan antara dia dengan seorang pendeta tersohor di Amerika. Sehingga banyak anak-anak muda Nasrani yang masuk Islam.
Sang da'iyah ini benar-benar menyadari akan apa-apa yang diucapkannya. Ia berbicara dengan lemah lembut dan sopan santun. la memahami beberapa bahasa asing. Ia membaca ketiga kitab suci agama samawi dengan mendalam, sehingga ia mampu menangkis serangan lawan terhadap agama dan nabinya, bahkan terhadap pribadinya sekalipun.
Ia seorang da'i yang penuh tanggung jawab. Ia termasuk salah seorang yang benar-benar memahami asal muasal dakwah Islam. Ia juga memiliki kemahiran dalam membawakannya.
Ahmed Deedat memiliki kisah unik sejak saat kelahirannya hingga saat kemasyhurannya. Inilah secercah kisahnya yang dikutip dari harian "Asy Syarqul Ausath", Saudi Arabia.
- Inilah perkenalan dan dialog dengan Ahmed Deedat.
Nama Saya Ahmed Husein Deedat. Saya dilahirkan di india dari kedua orang tua Muslim, yaitu Husein Kazim Deedat dan Fatimah. Ayah saya bekerja sebagai petani dan ibu saya membantunya. Pada usia sembilan tahun, saya dibawa pindah ke Durban, Afrika Selatan.
Kemudian ayah mengalihkan profesinya dari seorang petani menjadi seorang penjahit pakaian. Saya disekolahkan di Islamic Centre di Durban untuk belajar Al-Qur'an dan hukum-hukum Islam lainnya.
Pada tahun 1934 saya berhasil menamatkan sekolah Ibtidaiyah. Pada waktu itu saya merasa bertanggung jawab untuk membantu ayah. Akhirnya saya memutuskan untuk membuka toko menjual garam. lnilah tahap kehidupan yang cukup penting buat saya.
Kemudian saya pindah profesi bekerja di perusahaan pembuat perabot rumah. Di sana saya bekerja selama dua belas tahun. Mula-mula sebagai supir, kemudian naik ke bagian pemasaran dan terakhir menjabat sebagai direktur perusahaan tersebut. Tetapi saya tidak meninggalkan bangku sekolah. Dalam diriku seolah-olah ada dorongan batin yang mendorongku untuk terus belajar. Kemudian saya melanjutkan ke fakultas Seni Negeri yang memuat materi pelajaran matematika dan ilmu manajemen perusahaan.
Saya tidak pernah melupakan bujuk rayu para penginjil kepada saya ketika saya masih berjualan garam. Setiap kali saya bertemu dengan mereka untuk mendagangkan garam, mereka tak bosan-bosannya menawarkan agamanya kepada saya dan kepada rekan-rekan lainnya yang muslim. Rupanya demikianlah cara dan kebiasaan mereka di sana.
Setelah itu, pada tahun 1949 saya pergi ke Pakistan untuk mencari uang yang lebih banyak lagi agar bisa membiayai dakwah saya. Saya tinggal di Pakistan selama tiga tahun. Kemudian saya harus cepat-cepat kembali ke Afrika Selatan. Kalau tidak cepat-cepat, maka ijin tinggal saya bisa dicabut, karena saya tidak dilahirkan di sana. Ini merupakan peraturan yang berlaku di sana.
Di Pakistan, saya menjabat sebagai direktur Perusahaan Tenun. Ketika saya kembali ke Durban saya juga menjabat direktur perusahaan yang lama, yang pernah saya jabat sebelum pergi ke Pakistan. Demikianlah, saya mempersiapkan diri hingga tahun 1956 untuk menjadi seorang da'i.
- Di mana titik perubahan yang hakiki dalam kehidupan tuan Deedat?
Sebenarnya titik perubahan yang hakiki dalam kehidupannya dimulai pada tahun 1940-an. Perubahan ini dimulai sejak kunjungan delegasi Adam ke toko garamnya. Pada waktu itu mereka mengajukan pertanyaan tentang agama Islam. Pada waktu itu Deedat belum sanggup menjawab, apalagi menangkisnya. Tapi dari kelemahan dan ketidak-berdayaannya itu, serta dari kegugupan dan kebodohannya dia bangkit dan merasa dipacu untuk berpikir dan dengan segala daya membela agamanya.
Sejak itulah Deedat memutuskan untuk mempelajari kitab Injil dalam berbagai cetakan bahasa Inggris.
"Suatu kemujuran bagi saya, karena. ternyata saya mahir sekali berbicara dalam bahasa itu. Bahasa Inggris merupakan bahasa resmi Afrika Selatan. Saya mempelajari semua kitab Injil dengan tenang dan mendalam, termasuk kitab Injil dalam bahasa Arab. Sementara itu saya melakukan perbandingan terhadap berbagai Injil. Setelah saya merasa memiliki kesanggupan yang lumayan untuk mengadakan dakwah Islam dan menghadapi serangan para penginjil itu, maka mulailah saya memutuskan untuk menghentikan semua kegiatan perusahaan dan perdagangan saya. Ternyata Alhamdulillah, kini saya ridha benar dengan kegiatan saya yang baru. Malah kini saya yang bertanya kepada mereka, dan banyak di antara mereka yang tidak berdaya dalam menjawab pertanyaan saya!"
- Selain delegasi Adam, apakah ada faktor lain yang mempunyai kesan mendalam di hati tuan Deedat?
"Ya!" Ada faktor lain yang tidak kalah berkesannya dengan delegasi Adam, dan itu selalu mengganggu pikiran saya. Ini terjadi ketika saya bekerja di Pakistan. Ketika saya sedang mengatur barang dalam gudang, saya menemukan sebuah buku yang berjudul "Idh harul Haq", ("Menampakkan Kebenaran" yang ditulis oleh Syaekh Rahmatullah A1 Hindi.
Buku ini menelanjangi sistem penjajahan Inggris di India. Penjajah itu berpendapat bahwa bahaya yang paling besar yang dihadapinya selama ini adalah dari agama Islam dan kaum Muslimin. Untuk menghadapi bahaya itu, penjajah Inggris menyusun rencana yang cermat dan teliti. Mereka mencari cara untuk menghancurkan Islam, mempolarisasikan kaum Muslimin dan mengkristenkan mereka. Dengan demikian, yang kemarin menjadi oposisi akan menjadi pendukung penjajahan Barat di India.
Maka dimulailah penggalakkan kunjungan para missionaris yang beragam. Mereka dibiayai secara besar-besaran untuk menghapuskan semua ciri dan adat istiadat Islam dari kehidupan kaum Muslimin. Mahkota Islam berupa sorban dan jilbab sedikit demi sedikit mulai berkurang baik di jalan-jalan kota maupun desa di India.
Para penginjil mulai berkeliaran dan berani mengadakan debat agama dengan kaum Muslimin guna membungkam mereka. Para penginjil berani melakukan hal itu karena mereka tahu sebagian besar umat Islam memang tidak banyak mengetahui agamanya sendiri. Seperti halnya saya sendiri ketika berhadapan dengan delegasi Adam. Akhirnya saya mulai memahami dan menyadari cara kerja mereka dalam mengepung kaum Muslimin, baik di Afrika maupun di Pakistan.
Namun terkadang obat penyembuhnya ada di dalam penyakit itu sendiri. Dari buku itu ternyata saya mendapatkan pengetahuan yang luas dan penting. Buku ini banyak berisi tentang perdebatan. Saya banyak memperoleh ilmu baru dari setiap kalimat yang saya baca dalam buku itu. Kini saya benar-benar mempersiapkan diri dan mempelajari buku itu secara mendalam tentang tata cara berdialog dan berdebat tanpa harus belajar di akademi atau lembaga khusus dan tanpa melakukan latihan.
Akhirnya, ternyata saya bisa berdebat dengan bapak gereja, ulama ketuhanan dan dengan tokoh-tokoh missionaris dunia. Dialog dan perdebatan itu malah sudah menjadi hobby utama saya, sehingga semakin hari pengetahuan saya tentang agama Islam, Masehi dan Yahudi makin kuat dan mantap. Dengan modal itulah saya berhadapan dengan siapapun yang ingin menemukan kebenaran.
- Anda berbicara tentang dialog dan perdebatan, tetapi anda belum berbicara tentang besarnya pengaruh buku. Bagaimana kedudukan buku menurut anda, tuan Deedat?
Pada tahun empat puluhan saya menyusun buku kecil berjudul "Muhammad dalam Perjanjian Lama dan Baru". Buku ini tersebar luas ke seluruh dunia dan dibeli oleh berbagai lapisan penganut agama-agama. Baru-baru ini saya juga telah menyusun buku kecil dengan judul "Apakah Injil itu Firman Allah?"
- Tuan Deedat, metode apa yang anda pakai dalam menyusun buku anda yang terakhir itu? .
- Kita sudah berbicara tentang dakwah, dialog, debat dan penerbitan buku. Tetapi apa sebenarnya peran anda dalam upaya mencerdaskan dan menyadarkan kaum Muslimin agar mereka tidak gugup dalam menghadapi serangan gencar dari para missionaris?
Saya sudah berusaha mengadakan penyadaran melalui ceramah-ceramah dan pertemuan-pertemuan di seluruh negeri yang saya kunjungi dan di semua universitas yang saya datangi. Saya sudah menghadiri perdebatan di Inggris, Irlandia, Amerika Serikat, Kanada, Hongkong, Singapore, India, Zimbabwe, Mauritania, Malawi, Abu Dhabi dan Saudi Arabia. Di antaranya ada yang dihadiri tidak kurang dari 30.000 hadirin.
- Apa rencana anda untuk membangkitkan para da'i?
Saya sudah meyakinkan Mr. Fankar, salah seorang aktifis di pusat Dakwah Islam di Madras untuk membentuk bagian pembinaan para da'i. Kami sudah mulai melatih para da'i sepanjang pantai selatan di sana. Pekerjaan ini dalam Ma'had itu akan berjalan selama sepuluh tahun terus-menerus sampai memuaskan hati saya, sampai mereka kuat dan mampu mengemban amanat dakwah dengan jujur dan ikhlas karena Allah semata. Kami lepaskan mereka untuk menyebarkan agama Allah ke seluruh dunia, baik ke Timur maupun ke Barat demi melaksanakan perintah Allah Ta'ala, dengan penuh kejujuran dan kecintaan, sebagaimana dalam firmanNya :
"Serulah (manusia) kepada jalan Robbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik... " (An Nahl: 125)
Saya melihat ada suatu kekuatan yang menyinari jiwa ragaku untuk mendorong dan menggerakkan diri dalam melangkah mengikuti titah perintah Ilahi. Meskipun menderita tapi Islam telah melapangkan dadaku dalam menunaikan tugas besar ini.
Dalam Islam saya menemukan obat mujarab dan jawaban yang memuaskan dari berbagai kemelut yang terjadi di Afrika Selatan, khususnya dalam masalah rasial, minuman keras, perjudian dan masalah lain yang amat merusak kemanusiaan. Islam menjunjung tinggi anak Adam dan menjelaskan jalan-jalannya menuju hidayah dan jalan lurus yang diridhai-Nya. Itulah obat penawar satu-satunya yang dapat memecahkan berbagai problema umat manusia dewasa ini.
- Perdebatan anda yang paling tersohor yaitu ketika berhadapan dengan tuan Sowegart. Apakah selain itu, anda pernah mengadakan perdebatan dengan tokoh Masehi lainnya?
Alhamdulillah, saya telah mengadakan perdebatan dengan 32 orang pendeta di berbagai tempat di dunia. Menurut saya, yang paling tersohor adalah perdebatan yang terjadi di gedung Albert Hall, London. Perdebatan ini dihadiri oleh orang banyak dengan berbagai agama dan lapisan masyarakat. Hanya perdebatan saya dengan Sowegart lah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
- Apakah setelah perdebatan itu banyak orang yang masuk Islam?
Saya tidak tahu, apakah ada yang masuk Islam sesudah perdebatan itu atau tidak. Tetapi yang terpenting bagi saya adalah agar kaum Muslimin mampu menyebarkan dan membela akidahnya dan bisa menjawab tantangan para missionaris.
- Sementara ini di sebagian dunia terdengar desas-desus bahwa tuan Deedat berpaham Qadiani dan berasal dari keturunan Yahudi. Bagaimana sanggahan anda?
Pertanyaan ini sangat penting. Orang memang selalu menyebarkan desas-desus di sekitar pribadi Ahmad Deedat. Tetapi sasaran utama dari desas-desus ini ialah agama kita. Buku-buku yang menyerang Islam banyak sekali. Kesalah-pahaman dan kepalsuan yang dilontarkan ke alamat Islam tidak terbilang banyaknya. Mereka melihat bahaya terbesar atas keberadaan penjajahan mereka di negara manapun akan datang dari Islam dan kaum Muslimin. Oleh karena itu, mereka rela mengeluarkan dana yang amat besar untuk menghancurkan Islam. Kalau sekiranya Ahmed Deedat masih berdagang garam, apakah akan ada orang yang mengatakan bahwa saya seorang Qadiani atau berasal dari Yahudi?
Saya mengatakan ini seperti yang saya maklumkan dalam pembicaraan saya di Abu Dhabi. Saya mengatakan bahwa saya seorang muslim dan kedua orang tua saya adalah muslim. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi juga bahwa Muhammad Saw adalah hambaNya dan rasulNya.
Mereka melancarkan serangan kepada saya karena saya sering berbicara tentang masalah Palestina dan keberadaan Yahudi di sana. Karena itulah mereka melontarkan berbagai tuduhan palsu dan keji.
Lantas, bagaimana tentang Injil?
Injil berarti kabar gembira yang biasa dibawakan Yesus dan para penulis. Para penulis berita gembira itu mengabadikan perjalanan yang dilakukan Yesus dalam menyampaikan berita gembira yang ada dalam Injil. Umpanya:
"Demikianlah Yesus berkeliling kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil, kerajaan sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan." (Matius 9:35)
"Pada suatu hari ketika Yesus mengajar orang banyak di Bait Allah dan memberitakan Injil." (Lukas 20:1)
Injil adalah berita gembira yang banyak diulang-ulang. Tapi apa berita gembira yang disampaikan Isa itu?
Di antara 27 kitab Perjanjian Baru, kaum Masehi hanya mau menerima apa yang dibawa oleh Matius, Lukas, Markus, dan Yohanes. Namun kita tidak menemukan Injil seperti yang ditulis oleh Isa sendiri.
Dengan sepenuh hati kami beriman bahwa apa yang dikatakan Isa Alaihissalam adalah wahyu ilahi. Ia adalah Injil dan berita gembira kepada bani Israil. Menurut sejarah, sepanjang hidupnya Isa Alaihissalam tidak pernah menulis sepatah kata pun, seperti juga ia tidak pernah memerintah kepada seseorang untuk menulis.
Lalu bagaimana menurut anda mengenai kerukunan agama yang senantiasa diselenggarakan antara umat Islam dan Masehi?
Untuk meninjau masalah ini terlebih dahulu perlu dipelajari dengan seksama dan dengan persiapan yang tepat.
Kaum Muslimin dan Masehi telah sepakat bahwa apa yang bersumber dari Allah melalui wahyu atau ilham wajib diabdikan pada salah satu dari keempat tujuan ini. Mungkin untuk mengajari dasar ajaran dan akidah kita atau menegur kesalahan yang kita lakukan, atau menyuguhkan apa yang benar kepada kita. Juga memberikan bimbingan kepada kita menuju jalan yang benar.
Berdasarkan hal itulah kita mempelajari berbagai tujuan ini dalam rangka untuk menyebarluaskan keadilan dan perdamaian di dunia. Namun hal ini bisa dilakukan bila mereka konsekuen dengan hal-hal yang mereka putuskan atas diri mereka sendiri dalam pertemuan di Tunis pada tahun 1974. Di situ mereka berjanji uatuk tidak menyebarkan para penginjil ke tengah-tengah kaum Muslimin. Mereka juga berjanji bahwa kegiatan missionaris mereka hanya akan digalakkan di kalangan umat yang belum menganut suatu agama, yang sedang menantikan adanya penerangan agama.
- Seruan apa yang hendak anda sampaikan melalui harian "Asy Syarqul Ausath"?
Seruan itu akan saya tujukan kepada Al Azhar Asy Syarif yang mernikul beban terberat di seluruh dunia dalam menyiapkan para da'i. Para da'i harus memahami benar pokok ajaran semua agama dan dapat menjawab dengan lancar semua pertanyaan dan tantangan yang dilancarkan orang.
Selain itu juga para da'i harus dipersiapkan lebih efektif dan dibekali berbagai bahasa asing, terutama bahasa resmi tempat ia "beroperasi". Selanjutnya saya serukan juga kepada lembaga-lembaga Islam agar lebih mengerahkan semangat secara jujur demi mensukseskan dakwah dengan membekali diri pada dua ciri penting, yaitu:
Pertama, mempersatukan program dakwah dan menyadarkannya secara paralel agar semua lembaga yang ikut mendukung benar-benar konsekuen dengan program itu.
Kedua, mempersatukan derap langkah. Jangan sampai ada orang atau lembaga yang bekerja hanya mengikuti selera dan nafsunya. Semua harus bekerja sama dan berkompetisi dengan semangat ukhuwah, sehingga pekerjaan itu dapat berhasil dengan baik dan mendatangkan daya guna yang maksimal.
Terakhir, perlu dipersiapkan suatu studi yang paripurna untuk seluruh kaum Muslimin di dunia, sehingga setiap orang (meskipun ia berada di negrinya) dapat mengetahui apa yang diinginkan dan diperlukan saudaranya sedien dan seiman di bagian dunia manapun juga. Selain itu perlu pula mengirimkan para peneliti yang bekerja dengan sungguh-sungguh dan konsekuen. Juga perlu mengirimkan delegasi pengajar karena mereka bisa diharapkan menjadi da'i Islam yang terbaik bila mereka selalu bersikap jujur.
*Artikel diambil dari VirtualFriends.net
1 comments:
wah, i like Ahmed Deedat, semoga Allah mengangkat derajatnya disisi
Allah. Aku berdo'a ia mendapatkan tempat yang indah di surga dan dihapuskannya semua dosa" nya Amin Ya RAbbal'alamin
Selamat Jalan Guruku Ahmed Deedat, kami akan selalu mengenang dan mendo'akan mu...
Post a Comment